2.2. Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi Kestabilan Lereng
Faktor-faktor
yang memengaruhi kemantapan lereng adalah geometri lereng, struktur geologi,
sifat fisik tanah, sifat mekanik tanah, kondisi air tanah dan gaya dari luar.
a. Geometri Lereng
Geometri lereng mencakup
seluruh aspek yang berhubungan dengan kenampakan visual lereng, yaitu :
orientasi lereng, kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar bench. Orientasi
lereng menentukan tipe longsoran yang mungkin terjadi.
Secara umum jika suatu
lereng mempunyai kemiringan yang tetap, maka penambahan tinggi lereng akan
mengakibatkan penurunan kemantapan lereng yang bersangkutan karena berat lereng
yang harus ditahan oleh kekuatan geser tanah semakin besar.
Sehubungan dengan hal
tersebut, penambahan tinggi lereng memerlukan kemiringan lereng yang lebih
kecil untuk menjaga agar lereng tetap mantap. Lebar jenjang (bench) akan menentukan besarnya sudut
(kemiringan) lereng pada saat analisis kemantapan untuk lereng keseluruhan.
Semakin besar lebar jenjang, semakin kecil sudut lereng keseluruhan.
Adapun untuk menghitung tinggi kritis jenjang dengan
pertimbangan keamanan, maka salah satu ahli mekanika yaitu Taylor merumuskan
sebagai berikut:
α
(Sumber : Prof. Partanto, Perencanaan Tambang,
2004)
Gambar 2.1 Tinggi Kritis Jenjang
Menurut Rumus Taylor
Hc =
…………………………….. (2.1)
dimana :
Hc =
Ketinggian kritis (m)
c
= Kohesive Shearing Strength
(gr/cm2)
α =
Sudut kemiringan lereng (o)
γ = Berat Isi Tanah (ton/m3)
Sedangkan untuk
perhitungan lebar jenjang yang sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang
digunakan, maka US Army Engineers (1967) memberikan rumusan, dengan asumsi bahwa lebar
suatu jenjang setidak-tidaknya sama dengan penjumlahan jumlah alat yang
digunakan.
Persamaannya adalah :
Gambar 2.2 Pembuatan Bench Cara US Army Engineer (
1967 )
Wminimum = Y + Wt + Ls + G + Wb ……………… (2.2)
Dimana :
Wminimum
= Lebar Jenjang minimum (m)
Y = Lebar Jenjang Untuk Peledakan
(m)
Wt = Lebar Alat Angkut
(m)
Ls = Panjang Alat Muat
(m)
G = Floor Cutting
Radius (m)
Wb = ½ Y
= Lebar tumpukan Hasil Peledakan (m)
b. Struktur
Geologi
Struktur
geologi batuan yang memengaruhi kemantapan lereng dapat berupa bidang
perlapisan (Bedding Plane), sesar (Fault), perlipatan (Fold) dan kekar (Joints).
Struktur ini sangat memengaruhi kekuatan batuan karena bidang perlapisan dapat menjadi bidang luncur
suatu longsoran.
c. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah dapat
diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, penentuan sifat fisik tanah
merupakan pengujian tanpa merusak (non
destruktif test). Sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap kemantapan
lereng adalah :
Ø
Berat isi tanah
Berat isi tanah (γ) adalah perbandingan antara berat dengan volume tanah. Berat isi ini berperan dalam menentukan besarnya beban yang menimbulkan
tekanan pada permukaan bidang longsor. Kenaikan harga berat isi juga akan
menambah beban yang diberikan pada lereng.
Ø
Porositas
Porositas adalah hasil bagi antara rongga-rongga
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya pada tanah dengan volume
totalnya.
Porositas merupakan besaran yang menunjukkan kemampuan material untuk
menyerap atau merembeskan air. Semakin tinggi angka porositasnya, batuan/tanah
memiliki kemampuan lebih besar untuk menyerap air sehingga berat isi
batuan/tanah akan lebih besar pula. Kenaikan harga porositas akan menimbulkan
tekanan pori.
Ø Kondisi Mula Air Tanah
Semakin besar kandungan
air pada batuan/tanah pembentuk lereng, kemungkinan longsoran lereng akan
semakin besar. Hal ini disebabkan karena gaya penggerak semakin besar dan kuat
geser batuan/tanah makin berkurang. Ini berarti lereng semakin tidak aman.
d. Sifat
Mekanik Tanah
Sifat
mekanik yang dapat dijadikan masukan untuk menganalisis kemantapan lereng,
adalah :
Ø
Kohesi
Kohesi adalah kekuatan
tarik menarik antara butir sejenis pada tanah, yang dinyatakan dalam satuan
berat persatuan luas. Makin besar nilai kohesi, maka kekuatan geser tanah akan
semakin besar juga,
sehingga dapat dibuat lereng dengan
kemiringan yang besar pada faktor keamanan yang sama.
Ø
Sudut Geser Dalam (Angle of Internal Friction)
Sudut geser dalam suatu batuan/tanah adalah sudut dimana batuan atau
tanah dapat meluncur dengan bebas karena gaya beratnya sendiri. Untuk batuan
yang sangat lapuk atau (tanah) nilai sudut geser dalam diidentikkan dengan
nilai angle of refuse, yaitu sudut yang dibentuk oleh suatu material lepas.
e. Kondisi
Air Tanah
Pengaruh
air tanah terhadap kekuatan tanah dapat mengurangi kemantapan lereng. Air tanah
akan menjadikan ikatan antar molekul tanah menjadi semakin kecil sehingga akan
menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan memperbesar antar molekul tanah menjadi semakin kecil sehingga
akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan memperbesar
berat lereng.
f. Gaya-gaya
dari Luar
Gaya-gaya
ini adalah semua gaya yang datang dari luar lereng umumnya berasal dari
alat-alat berat, gempa dan peledakan, yaitu :
Ø Gaya Akibat Alat Berat
Penggunaan alat-alat berat
akan memberikan gaya pada lereng. Gaya ini dapat berupa getaran akibat hilir
mudiknya alat-alat berat atau sebagai penambah beban pada lereng jika alat ini
bekerja atau berada di atas bagian lereng.
Ø Gaya Akibat Gempa dan Peledakan
Gempa dan peledakan akan
menimbulkan getaran yang akan mengganggu kemantapan lereng. Material akan mengalami pergerakan menyerupai gerak harmonis. Jika batas elastisitas
dari material terlampaui maka ikatan antara butir akan menjadi lemah, yang akan
mengakibatkan longsoran lereng.
Adapun metode yang akan yang akan dipakai dalam
menganalisisi suatu kemantapan lereng yaitu dengan menggunakan metode Bishop
yang dalam hal ini menggunaan beberapa diagram sesuai dengan kondisi lapangan
yang ada serta metode Bishop yang akan digambarkan dengan pengandaian bidang
gelincir.
Air tanah merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian
gerakan tanah. Air tanah dapat mempengaruhi kemantapan lereng dalam beberapa hal, antara
lain:
-
Mengubah kandungan mineral
dalam batuan/tanah.
-
Mengubah berat isi batuan/
tanah.
-
Menimbulkan tekanan pori.
-
Menimbulkan erosi.
Dari hasil pengamatan kondisi di lapangan sesuai
keadaan pola air tanah dapat diperoleh tiga asumsi :
-
Asumsi pertama : lereng
dalam kondisi kering (lereng kering total).
-
Asumsi kedua :
lereng dalam kondisi peralihan antara kering ke kondisi jenuh air.
-
Asumsi ketiga :
lereng dalam kondisi jenuh (lereng penuh berisi air).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar