SEDEKAH DI HARI JUMAT, BERBAGI MAKANAN DENGAN PARA TAMU ALLAH. KOMUNITAS PECINTA ALAM ANIRAL WAL-MAS ( KPA ANIRAL WAL-MAS)

   Berbagi makanan untuk tamu Allah adalah kegiatan yang sangat mulia.     Tak hanya berpahala, memberi makanan bahkan dipuji oleh nabi SAW,...

Kamis, 14 November 2019

Perhitungan Pengaruh Vegetasi Terhadap Stabilitas Lereng


Perhitungan Pengaruh Vegetasi Terhadap Stabilitas Lereng
            Tumbuh-tumbuhan mempengaruhi stabilitas lereng. Peran tumbuh-tumbuhan dalam stabilitas lereng bergantung pada tipe tumbuh-tumbuhan dan proses degradasi lereng.
                       
         τ’ = f (c’.Ø’.σn.u) = c’.( σ– u ) tan Ø’          …..(2.12)
                       τm = (β.h.γ.h.g.a)                                       ......(2.13)
Bila terdapat akar tanaman maka persamaannya merubah menjadi :
                        τ’ = (c’c’R) + ( σ– u ) tan (Ø’+ Ø’R)       …..(2.14)
                        Dimana :
             FK  = Faktor keamanan
                 τ’ = Kekuatan geser tanah
               τm   = Tegangan geser yang bekerja
                Ø’  = Sudut geser tanah efektif (º)
             Ø’ R = Kontribusi akar tanaman terhadap sudut geser dalam efektif  (º)
                 β   = kemiringan lereng  (º)
                 c’  = Kohesi tanah efektif (kN/m)
              c’ R  = Kontribusi akar tanaman terhadap kohesi tanah efektif (kN/m)
                σn   = Tegangan normal yang tergantung kemiringan lereng, tinggi,                                     berat volume,beban merata
                   h  = Tinggi lereng (m)
                   γ  = Berat volume tanah (kN/m)
                   g  = Beban merata  (kN/m)
                   a  = percepatan gempa


https://nabil-aniral.blogspot.com/2019/11/air-terjun-paling-indah-sarambu.html/

Perhitungan Pengaruh Infiltrasi Air Hujan Terhadap Stabilitas Lereng


Perhitungan Pengaruh Infiltrasi Air Hujan Terhadap Stabilitas Lereng
            Dalam penelitian ini Intensitas air hujan dihitung menggunakan persamaan yang diperoleh dari pengamatan  curah hujan terbesar dunia,WMO (World Meterologi Organization).Sedangkan laju infiltrasi air hujan ke dalam tanah dihitung menggunakan model infiltasi Green-Ampt dan persamaan Darcy dengan asumsi batas kandungan air dan infiltrasi air dianggap konstan.
                         f = K                          ........ (2.10)
                       FF = Zw. Ks.t + .ln             …… (2.11)
                        Dimana :
                        f   = Laju Infiltrasi (mm/jam)
                        FF = kedalaman infiltrasi total (m)
                        t     = waktu (mm/Jam)
                        Ks  = Konduktivitas hidrolik jenuh tanah (mm/Jam)
                        Ψ = parameter penyerapan batas pembahasan tanah Green-Ampt                                    (mm)
                        In= Beda air tanah (mm)
                      Zw = Kedalaman bidang pembasahan (m)
Adapun Parameter tekstur tanah yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut :



Tabel 2.1 Properti Hidrolik dan Geomekanik tanah
Tekstur Tanah
Porositas Efektif (Өe)
Wilting Point Water Content
(Өw)
Өi = Өe-Өw
Ks
(mm/jam)
Ψf
(mm)
Pasir
0,471
0.033
0,384
235,6
96,2
Pasir Lempungan
0,401
0,055
0,346
59,8
119,6
Lempung Pasiran
0,412
0,095
0,317
21,8
215,3
Lempung
0,434
0,117
0,317
13,2
175,0
Lempung Liatan
0,390
0,197
0,193
2,0
408,9
Liat Pasiran
0,321
0,239
0,082
1,2
466,5
Liat Lempungan
0,423
0,250
0,173
1,0
577,7
Liat
0,385
0,272
0,113
0,6
622,5
(Suber : Rawls dalam Sri Hartati,ddk,2008)

hubungan kuat gesertanah dengan kestabikan lereng


2.4 Hubungan Antara Kekuatan Geser Tanah Dengan Kestabilan Lereng
            Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang di lakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
Kekuatan yang sangat berperan dalam analisis kestabilan lereng terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanik dari tanah tersebut. sifat tanah yang di gunakan dalam menganalisis kemantapan lereng adalah bobot isi tanah (ϒ), sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser tanah yang dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (f) . Kekuatan geser tanah ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan penyebab kelongsoran.
Rumus menurut coloumb (1776) :
Gambar 2.4 Kriteria Kegagalan Mohr menurut Coloumb ( 1776 )

              𝜏 = c'  +  𝜎  ϕ‘.....................(2.7)
Dimana:           𝜏  = kekuatan geser tanah(gr/cm²)
                        c‘ = kohesi tanah (KN/m²)
                       𝜎‘ = tegangan normal (KN/m²)
                       ϕ‘ = sudut gesek dalam tanah (o) 


2.5. Metode Perhitungan Faktor Kestabilan Lereng
       A. Metode Fellinius
                   Faktor Keamanan (FK) lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode. Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), FK dapat dihitung dengan metode sayatan (slice method) menurut Fellenius. Untuk suatu lereng dengan penampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai faktor keamanannya. Dalam mengantisipasi lereng longsor, sebaiknya nilai FK yang diambil adalah nilai FK yang terkecil, dengan demikian antisipasi akan diupayakan maksimal. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai FK (faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
Ø Data lereng
           data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng)                        meliputi:sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng ke             puncak lereng.
Ø Data mekanika tanah
·         sudut geser dalam (o ;derajat)
·         bobot satuan isi tanah basah (γʷᵉᵗ; g/cmatau ton/m )
·         kohesi (c; kN/m)
·         kadar air tanah (ω ;%)
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan computer (terutama bila memerlukan data γᵈʳʸ atau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : γ ᵈʳʸ = γʷᵉᵗ / ( 1 + ω). Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai FK (dengan metode sayatan, Fellenius) adalah sebagai berikut :
 .................. (2.8)
Keterangan :
                 c  = kohesi (kN/m2)
                 φ = sudut geser dalam ( o)
                 α = sudut bidang gelincir pada tiap sayatan ( o)
                 µ = tekanan air pori (kN/m2)
                 L = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m)
            µᵢ xlᵢ = tekanan pori di setiap sayatan (kN/m)
                W = luas tiap bidang sayatan (m) X bobot satuan isi tanah (γkN/m3)
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai FK adalah sbb.:
 .................. (2.9)
B. Metode Bishob
          Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum. Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan, seperti pada gambar 3. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa tegangan efektif.
Gambar 2.5 Stabilitas lereng dengan Metode Bishop
Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara elemen dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada seperti pada gambar 4. Persyaratan keseimbangan diterapkan pada elemen yang membentuk lereng tersebut.
Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (Stersedia) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu).
Gambar 2.6 Sistem gaya pada suatu elemen menurut Bishop

Harga m.a dapat ditentukan dari gambar 5. Cara penyelesaian merupakan coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri persamaan faktor keamanan diatas, dengan menggunakan gambar 5. Untuk mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif ( - ) di lereng paling bawah mendekati 30 °. Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat dalam atau pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng. Faktor keamanan yang didapat dari cara Bishop ini lebih besar dari yang didapat dengan cara Fellenius.
 Gambar 2.7 Harga m.a untuk persamaan Bishop
c. Metode Hoek and Bray
        Pada dasarnya seluruh metoda analisis kemantapan lereng memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh lereng yang optimal maksudnya adalah dengan kondisi aman tetapi tetap ekonomis untuk direalisasikan. Secara umum tujuannya sebagai berikut: 
·         Menentukan kondisi kestabilan lereng  
·         Memperkirakan bentuk keruntuhan atau longsoran yang mungkin terjadi.  
·         Memprediksi tingkat kerawanan lereng terhadap resiko longsor.   
·         Merancang suatu lereng yang optimal dan memenuhi kriteria keamanan dan kelayakan yang ekonomis. 
Maka penyelidikan lapangan dan laboratorium harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan data-data hasil pengujian laboratorium yang nantinya akan sangat berpengaruh pada kekuatan massa batuan sebagai parameter input dalam perhitungan nilai faktor keamanan, metode perhitungan kestabilan lereng ini dapat dikatakan metode untuk mengetahui nilai faktor keamanan yang paling sederhana, ada banyak metode yang dapat digunakan seperti Bishop, Fellenius, dan metode hoek and bray. Dalam penyelidikan tersebut juga harus dilakukan investigasi dan pemantauan lapangan secara rutin untuk mengevaluasi potensi-potensi bahaya pada lereng. Identifikasi kondisi air tanah pada daerah pengamatan dilakukan terhadap kondisi rembesan air yang di jumpai yaitu:
·         kering (completely dry),
·         lembab (damp), 
·         basah (wet), 
·         menetes (dripping) 
·         mengalir (flowing). 

Pada penggambaran pola air tanah metode yang dikemukakan oleh Hoek and Bray dimana metode ini menggambarkan lima buah pola aliran tanah dari kondisi kering sampai kondisi jenuh, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Sumber : Hoek dan Bray 
Gambar 2.8 Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5
·         Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisa lereng dengan metode  Hoek dan Bray adalah sebagai berikut: Tentukan kondisi air tanah yang akan terjadi pada lereng dan pilih chart yang paling mendekati kondisi tersebut.
·         Hitung nilai rasio tak berdimensi c/(gH.tanf) dan temukan nilai ini pada skala sirkular bagian luar. 
·         Ikuti garis radial dari nilai pada langkah 2 sampai perpotongannya dengan kurva kemiringan lereng. 
·         Temukan harga tanf/F atau c/gHF yang sesuai dan hitung Faktor Keamanan.
(Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamaba 2.9 Langka Perhitungan Faktor Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan Diagram Hoek dan Bray
Berikut chart Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanahnya, seperti yang dijelaskan pada tabel sebelumnya.
            (Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamabar 2.10 Chart 1 Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanah
(Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamabar 2.11 Chart 2 Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanah

 (Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamabar 2.12 Chart 3 Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanah

 (Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamabar 2.13 Chart 4 Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanah

 (Sumber : Hoek & Bray, 1997)
Gamabar 2.14 Chart 5 Hoek and Bray berdasarkan dari kondisi air tanah